FAKTA DIBALIK PERAYAAN 14
FEBRUARI
Setiap 14
Februari, para remaja diarahkan untuk merayakan hari cinta, hari
kasih sayang. Urusan yang satu ini memang tiada habisnya setiap tahun. Setiap
kali ada yang sadar akan bahaya virus merah jambu ini, setiap kali pula ada
generasi baru yang super polos menerima apa yang diseru oleh kapitalis hedonis,
tentang apa yang harus mereka lakukan pada tanggal 14 Februari.
Cinta
hanya disetarakan dengan kartu ucapan, coklat, dan bunga mawar, dengan harga
yang tentu tak murah. Merugikan yang punya cinta, dan jelas menguntungkan
pengusaha yang meraup milyaran rupiah dari bisnis syahwat ini.
Dari
segi akidah, iman pun tergadai dengan adat dan kebiasaan yang bukan dari Islam.
dari segi kehormatan lebih parah lagi. Valentine Day sudah menjelma menjadi
ajang pelepasan kehormatan secara massal.
ASAL USUL VALENTINE DAY
Seperti
yang kita ketahui, bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban barat, hidup
dengan suatu adat, yaitu menjadikan kepuasan fisik badaniah sebagai tujuan
hidup mereka. Money and sex.
Jauh
sebelum dunia mengenal hari kasih sayang, orang Romawi mengenal perayaan "Festival
Lupercalia", yaitu rangkaian hari raya yang dipersembahkan
kepada Lupercus, sang dewa kesehatan dan kesuburan dan Juno Februa yang juga
dewi pernikahan dan kesuburan. Perayaan ini digelar setiap tahunnya pada
tanggal 13-15 Februari.
Lupercus
adalah dewa kesuburan seksual Romawi yang diilustrasikan sebagai manusia
berkaki kambing, atau setara dengan Pan dalam mitologi Yunani. Dalam
tradisi yahudi pemuja setan, Pan menjelma menjadi Baphomet, yang
menjadi perlambangan regeneratif lelaki dan wanita sekaligus lambang seks.
Juno
Februa adalah dewi pernikahan dan kesuburan, istri dari Jupiter, pemimpin
para dewa. Dalam mitologi Yunani, Juno dikenal sebagai Hera yang menikah dengan
Zeus ada bulan Gamelion yang terletak antara pertengahan Januari dan
pertengahan Februari.
Diceritakan dalam
legenda, bahwa Pan mempunyai affair dengan dewi kecantikan dan
dewi cinta, Aphrodite (Venus), dengan Eros (Cupid) - anak dari Aphrodite,
sebagai pengamat dan promotor. Menurut legenda yang lain, bahkan Aphrodite
sangat tertarik pada ketampanan anaknya sendiri sehingga melakukan hubungan
badan dengan anaknya, waduh!
Apa
yang dirayakan saat "Festival Lupercalia" 13-15 Februari adalah dalam
rangka meneladani semangat Pan, Juno, Venus, Cupid, yang kesemuanya bermuara
pada satu kata; NAFSU.
Dimulai
dengan menaruh nama-nama perawan wanita di sebuah tempat dalam kertas-kertas
yang terpisah. Kemudian lelaki maju satu-persatu untuk mengambilnya secara
acak. Siapa yang terpilih itulah akan menjadi partner untuk melakukan hubungan
terlarang sepanjang malam itu, berlanjut menjadi pasangan hingga tahun
berikutnya.
Begitulah
praktek "Festival Lupercalia" dipraktekkan selama berabad-abad di
masa Romawi. adapun setelah kaum Kristiani berkuasa, tahun 494 M, Paus Gelasius
I mengakulturasi "Festival Lupercalia" ini menjadi "Festival
Penyucian Bunda Maria" sebagai pengganti penyembahan terhadap Lupercalia.
Namun, esensi perayaan ini tetap sama, penuh dengan nafsu dan keburukan.
Pernah
pula gereja mencangkokkan tokoh Saint Valentine yang berjuang demi cinta hingga menjadi martir
pada 14 Februari, hingga hari kematiannya diperingati sebagai hari perjuangan
cinta, Valentine Day. Namun kebenarannya tidak bisa diverifikasi, dan esensi
perayaannya tetaplah sama. Hingga pada 1969 Valentine Day dihapuskan dari kalender
gereja oleh Paus Paul VI.
NO MORE VALENTINE!
Sampai
disini saja, sebetulnya sudah cukup bagi kaum Muslim alasan untuk meninggalkan
Valentine Day. Karena asalnya dari perayaan pagan Romawi, dilanjutkan sebagai
hari besar di gereja.
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,
maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut." (HR. Abu Daud)
Belum
lagi praktek mengerikan Valentine Day, dijadikan sebagai hari untuk menyatakan
cinta, mencari pacar, melakukan aktivitas maksiat dengan kehormatan sebagai
taruhan. Itu berarti awal kiamat bagi kaum wanita.
"ah, tapi itu kan
dulu! sekarang kan murni hari kasih sayang!"
Oh ya?! Simak dulu fakta-fakta berikut:
Setiap tahunnya, aktivitas seks di Inggris
dan Amerika melonjak tinggi seminggu sebelum Valentine Day dan seminggu
setelahnya.
Di
Inggris, tanggal 14 Februari dijadikan sebagai "The National Impotence Day",
himbauan agar para remaja tidak melakukan seks pada minggu-minggu tersebut,
namun upaya ini tidak berhasil.
Di
Amerika, tanggal 14 Februari dijadikan sebagai "The National Condom Week",
semua orang wajib pakai kondom untuk hindari kehamilan, karena mereka tahu,
VALENTINE
DAY = SEKS.
Di
Indonesia, 26,4% dari 413 orang yang
disurvey, mengaku suka rayakan Valentine Day bersama gebetan, atau kekasih
dengan jalan-jalan, makan-makan, ciuman, lalu seks.
Di
kota-kota besar bahkan para remajanya mengaku sudah pernah melakukan hubungan
seksual.
Bandung 54%
Jakarta 51%
Medan 52%
Surabaya 47%
Di
beberapa daerah, tiap tahun baru dan Valentine Day, penjualan kondom meningkat
40 - 80%. TERKADANG MALAH SAMPAI SOLDOUT!
Siapa
yang paling diuntungkan oleh Valentine Day? Kapitalis tentunya! Di Amerika,
Valentine Day menghasilkan total penjualan retail Rp 144,4 T pada tahun 2011!
Bagaimana
dengan di Indonesia? Sama saja, lihatlah bagaimana pertokoan di saat menjelang
14 Februari. Pintar nian kapitalis menghancurkan remaja Muslim, sudah kantong
bolong, iman pun bolong pula.
Valentine
Day yang diklaim sebagai hari kasih sayang lebih nyata menampakkan boroknya. Di
negeri yang paling heboh merayakan Valentine Day, perceraian justru terjadi 1 diantara 2
pernikahan (50%).
Di
Indonesia, angka perceraian dari tahun 2005 sampai 2010, malah naik 100%!
Masih
beralasan hari kasih sayang?
Justru perlu dipertanyakan, Valentine Day: LOVE
OR LUST? SAYANG ATAU SYAHWAT?
Sumber
: http://chirpstory.com/li/188197
Tidak ada komentar:
Posting Komentar