Kamis, 24 April 2014

Buklet Fakta dibalik Perayaan 14 Februari



FAKTA DIBALIK PERAYAAN 14 FEBRUARI

     Setiap 14 Februari, para remaja diarahkan untuk merayakan hari cinta, hari kasih sayang. Urusan yang satu ini memang tiada habisnya setiap tahun. Setiap kali ada yang sadar akan bahaya virus merah jambu ini, setiap kali pula ada generasi baru yang super polos menerima apa yang diseru oleh kapitalis hedonis, tentang apa yang harus mereka lakukan pada tanggal 14 Februari.

     Cinta hanya disetarakan dengan kartu ucapan, coklat, dan bunga mawar, dengan harga yang tentu tak murah. Merugikan yang punya cinta, dan jelas menguntungkan pengusaha yang meraup milyaran rupiah dari bisnis syahwat ini.
     Dari segi akidah, iman pun tergadai dengan adat dan kebiasaan yang bukan dari Islam. dari segi kehormatan lebih parah lagi. Valentine Day sudah menjelma menjadi ajang pelepasan kehormatan secara massal.







ASAL USUL VALENTINE DAY

     Seperti yang kita ketahui, bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban barat, hidup dengan suatu adat, yaitu menjadikan kepuasan fisik badaniah sebagai tujuan hidup mereka. Money and sex.
     Jauh sebelum dunia mengenal hari kasih sayang, orang Romawi mengenal perayaan "Festival Lupercalia", yaitu rangkaian hari raya yang dipersembahkan kepada Lupercus, sang dewa kesehatan dan kesuburan dan Juno Februa yang juga dewi pernikahan dan kesuburan. Perayaan ini digelar setiap tahunnya pada tanggal 13-15 Februari.

     Lupercus adalah dewa kesuburan seksual Romawi yang diilustrasikan sebagai manusia berkaki kambing, atau setara dengan Pan dalam mitologi Yunani. Dalam tradisi yahudi pemuja setan, Pan menjelma menjadi Baphomet, yang menjadi perlambangan regeneratif lelaki dan wanita sekaligus lambang seks.
     Juno Februa adalah dewi pernikahan dan kesuburan, istri dari Jupiter, pemimpin para dewa. Dalam mitologi Yunani, Juno dikenal sebagai Hera yang menikah dengan Zeus ada bulan Gamelion yang terletak antara pertengahan Januari dan pertengahan Februari.

     Diceritakan dalam legenda, bahwa Pan mempunyai affair dengan dewi kecantikan dan dewi cinta, Aphrodite (Venus), dengan Eros (Cupid) - anak dari Aphrodite, sebagai pengamat dan promotor. Menurut legenda yang lain, bahkan Aphrodite sangat tertarik pada ketampanan anaknya sendiri sehingga melakukan hubungan badan dengan anaknya, waduh!



    
 Apa yang dirayakan saat "Festival Lupercalia" 13-15 Februari adalah dalam rangka meneladani semangat Pan, Juno, Venus, Cupid, yang kesemuanya bermuara pada satu kata; NAFSU.

     Dimulai dengan menaruh nama-nama perawan wanita di sebuah tempat dalam kertas-kertas yang terpisah. Kemudian lelaki maju satu-persatu untuk mengambilnya secara acak. Siapa yang terpilih itulah akan menjadi partner untuk melakukan hubungan terlarang sepanjang malam itu, berlanjut menjadi pasangan hingga tahun berikutnya.
     Begitulah praktek "Festival Lupercalia" dipraktekkan selama berabad-abad di masa Romawi. adapun setelah kaum Kristiani berkuasa, tahun 494 M, Paus Gelasius I mengakulturasi "Festival Lupercalia" ini menjadi "Festival Penyucian Bunda Maria" sebagai pengganti penyembahan terhadap Lupercalia. Namun, esensi perayaan ini tetap sama, penuh dengan nafsu dan keburukan.

     Pernah pula gereja mencangkokkan tokoh Saint Valentine  yang berjuang demi cinta hingga menjadi martir pada 14 Februari, hingga hari kematiannya diperingati sebagai hari perjuangan cinta, Valentine Day. Namun kebenarannya tidak bisa diverifikasi, dan esensi perayaannya tetaplah sama. Hingga pada 1969 Valentine Day dihapuskan dari kalender gereja oleh Paus Paul VI.  

NO MORE VALENTINE!



     Sampai disini saja, sebetulnya sudah cukup bagi kaum Muslim alasan untuk meninggalkan Valentine Day. Karena asalnya dari perayaan pagan Romawi, dilanjutkan sebagai hari besar di gereja.

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut." (HR. Abu Daud)

     Belum lagi praktek mengerikan Valentine Day, dijadikan sebagai hari untuk menyatakan cinta, mencari pacar, melakukan aktivitas maksiat dengan kehormatan sebagai taruhan. Itu berarti awal kiamat bagi kaum wanita.

     "ah, tapi itu kan dulu! sekarang kan murni hari kasih sayang!"
     Oh ya?! Simak dulu fakta-fakta berikut:

Setiap tahunnya, aktivitas seks di Inggris dan Amerika melonjak tinggi seminggu sebelum Valentine Day dan seminggu setelahnya.
     Di Inggris, tanggal 14 Februari dijadikan sebagai "The National Impotence Day", himbauan agar para remaja tidak melakukan seks pada minggu-minggu tersebut, namun upaya ini tidak berhasil.
     Di Amerika, tanggal 14 Februari dijadikan sebagai "The National Condom Week", semua orang wajib pakai kondom untuk hindari kehamilan, karena mereka tahu, VALENTINE DAY = SEKS.


     Di Indonesia, 26,4% dari 413 orang yang disurvey, mengaku suka rayakan Valentine Day bersama gebetan, atau kekasih dengan jalan-jalan, makan-makan, ciuman, lalu seks.

     Di kota-kota besar bahkan para remajanya mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Bandung 54%
Jakarta 51%
Medan 52%
Surabaya 47%

     Di beberapa daerah, tiap tahun baru dan Valentine Day, penjualan kondom meningkat 40 - 80%. TERKADANG MALAH SAMPAI SOLDOUT!



     Siapa yang paling diuntungkan oleh Valentine Day? Kapitalis tentunya! Di Amerika, Valentine Day menghasilkan total penjualan retail Rp 144,4 T pada tahun 2011!
     Bagaimana dengan di Indonesia? Sama saja, lihatlah bagaimana pertokoan di saat menjelang 14 Februari. Pintar nian kapitalis menghancurkan remaja Muslim, sudah kantong bolong, iman pun bolong pula.

     Valentine Day yang diklaim sebagai hari kasih sayang lebih nyata menampakkan boroknya. Di negeri yang paling heboh merayakan Valentine Day, perceraian justru terjadi 1 diantara 2 pernikahan (50%).
 Di Indonesia, angka perceraian dari tahun 2005 sampai 2010, malah naik 100%!

Masih beralasan hari kasih sayang?

Justru perlu dipertanyakan, Valentine Day: LOVE OR LUST? SAYANG ATAU SYAHWAT?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar